Minggu, 25 Maret 2012


Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.

Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.

Lobeck (1939) dalam bukunya .Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.

Para akhli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.

Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting. Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah endapan sedimen. Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan aktivitas manusia.

Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model tentang siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884.1899). Siklus geomorfik terinspirasi dari teori uniformitarianisme yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka bumi, siklus geomorfik mampu menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yang mengakibatkan kedalaman suatu lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses erosi yang terjadi pada kedua sisi lembah yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadi landai kembali dan elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali ketika terjadi pengangkatan dari daratan.

2.2  Hubungan Geomorfologi dengan Ilmu Ilmu Lain

Ilmu-ilmu yang yang erat hubungannya dengan geomorfologi terutama adalah Ilmu Kebumian, termasuk diantaranya adalah:

·         Fisiografi. Pada awalnya fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentangalam dan studi yang mempelajari ketiga ketiga objek tersebut umumnya berkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi tentang atmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika menyebabkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.

·         Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karena mencangkup studi tentang seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh karena itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi dan kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis adalah cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis dapat membantu untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur membantu dalam menjelaskan jenis-jenis dari bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalam dicerminkan oleh struktur geologinya. Oleh karena itu untuk mempelajari geomorfologi maka diperlukan pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.

·         Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses perubahan roman muka bumi. Kondisi cuaca seperti terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan pengaruh perubahan iklim dapat membawa perubahanperubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh karena itu untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi, diperlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu tersebut.

·         Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yang ada di sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuan mengenai hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfir, air dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi yang ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya.

·         Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, sebab mencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi. Geografi menekankan kajiannya pada .Space Oriented. yang dapat menunjukkan dimana dan bagaimana penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa penyebarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang .Anthropocentris., dan dalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin ilmu yaitu .Geography of landform.. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimana meng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk aktivitas dan kehidupan manusia. Dengan kata lain dapat menjalin suatu hubungan timbal balik antara manusia dengan bentangalam yang ada.

2.3 Konsep Dasar Geomorfologi

Untuk mempelajari geomorfologi diperlukan dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh gaya dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau gaya eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat lama.

·         Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja saat ini, bekerja pula pada waktu geologi yang lalu, walaupun intensitasnya tidak sama seperti sekarang.
·         Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentangalam/bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya.
·         Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh jadi karena derajat pembentukannya juga berbeda.
·         Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuklahan dengan karakteristik tertentu. (meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara jelas).
·         Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda yang terjadi di permukaan bumi, maka akan dihasilkan suatu urutan bentuklahan dengan karakteristik tertentu disetiap tahap perkembangannya.
·         Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya sangat kompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses yang sederhana).
·         Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan kebanyakan daripadanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.
·         Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa Pleistosen (Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada zaman Pleistosen)
·         Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda (dalam mempelajari bentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perlu diperhatikan)
·         Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya.
·         Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:

1.       Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
2.       Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat.

2.4   Relief Bumi

Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :

1. Relief Orde I (Relief of the first order)
2. Relief Orde II (Relief of the second order)
3. Relief Orde III (Relief of the third order)

Pengelompokan atas ketiga jenis relief diatas didasarkan pula atas kejadiannya masing-masing. Karena itu pula didalamnya terkandung unsur waktu relatif.

2.4.1 Relief Orde Pertama
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka bumi. Sebagaimana diketahui bahwa luas daratan beserta air seluruhnya sebesar 107.000.000 mil persegi, yang terdiri dari luas benua (continents) sebesar 56.000.000 mil persegi dan sisanya 10.000.000 mil persegi merupakan luas continental shelf. Yang dimaksud dengan paparan benua meliputi benua dan tepi benua(continental shelf). Dengan demikian luas total paparan benua (continental platforms) adalah 66.000.000 mil persegi. Paparan benua Amerika Utara & Selatan, Eurasia, Afrika, Australia, dan Antartika merupakan bahagian-bahagian yang tertinggi dari permukaan litosfir.
Tepi Benua (Continental shelf) adalah bagian dari paparan benua (continental platforms) yang terletak dibawah permukaan air laut. Cekungan Lautan (Ocean Basin) mempunyai kedalaman rata-rata 2,5 mil dibawah muka air laut, walaupun kita tahu bahwa dasar lautan memiliki bentuk topografi yang tidak teratur. Terdapat banyak depressi-depressi yang sangat dalam dari batas kedalaman rata-rata yang dikenal sebagai Palung Laut (Ocean Troughs), disamping itu terdapat pula bagian-bagian dasar laut yang muncul dipermukaan atau secara berangsur berada dekat dengan permukaan air laut. Relief order pertama diketahui sangat erat hubungannya dengan proses kejadian bumi, dengan demikian teori-teori tentang geologi, astronomi, fisika dan matematika, seperti .Planetesimal Hypothesis., .Liquid Earth Theories. maupun .Continental Drift Theory. menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan relief orde pertama.

2.4.2 Relief Orde Kedua
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun (Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen sebagai gaya yang bersifat membangun (Constructional Forces). Kawasan benua-benua dan Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan atau terbentuknya satuan-satuan dari relief dari orde kedua, seperti dataran, plateau, dan pegunungan.

Gaya endogen yang berasal dari dalam bumi dapat mengakibatkan terjadinya perubahanperubahan diatas muka bumi. Adapun gaya endogen dapat berupa:

1. Epirogenesa (berasal dari bahasa Latin: epiros = benua dan genesis = pembentukan), proses epirogenesa yang terjadi pada daerah yang sangat luas maka akan terbentuk suatu benua, dan pembentukan benua dikenal sebagai .continent buiding forces..
2. Orogenesa (berasal dari bahasa latin: Oros = gunung, dan genesis = pembentukan ), proses orogenesa yang terjadi pada daerah yang luas akan membentuk suatu pegunungan dan dikenal sebagai .mountain building forces..
Kedua gaya endogen tersebut diatas menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk bentangalam yang membangun (contructional landforms). Apabila disuatu daerah yang tersusun dari batuan yang perlapisannya horisontal maka terbentuk bentangalam yang disebut dengan Dataran (Plain) atau Plateau. Proses ini dapat terjadi pada lapisan-lapisan batuan yang berada di bawah laut kemudian terangkat oleh gaya endogen menghasilkan bentuk bentangalam daratan atau plateau.

Gaya endogen dapat juga melipat lapisan-lapisan batuan sedimen yang awalnya horisontal
menjadi suatu bentuk kubah (dome mountains) dan apabila gaya endogen mengakibatkan
terjadinya dislokasi dari blok blok yang mengalami patahan serta lapisan batuan mengalami
tilting, maka dikenal dengan bentuk pegunungan patahan (faulted mountains). Apabila gaya
endogen mengakibatkan batuan sedimen terlipat kuat menghasilkan perlipatan sinklin dan antiklin maka akan menghasilkan pegunungan lipatan (folded mountains). Sedangkan apabila dipengaruhi oleh lipatan dan patahan akan menghasilkan pegunungan lipat pathan (complex mountains). Kelompok lainnya dari relief orde kedua adalah bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh aktivitas volkanik yang dikenal bentangalam gunungapi. Bentuk bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh proses endogen diatas masih brada dalam tahapan awal (initial stage). Bentuk bentuk bentangalam ini kemudian akan mengalami proses penghancuran oleh gaya eksogen (destruction forces) yang memungkinkan terjadinya perubahan dari bentuk aslinya.

2.4.3 Relief Orde Ketiga
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan (Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde kedua.
Proses eksogenik akan meninggalkan bentuk-bentuk lahan hasil erosi, seperti : Valleys dan Canyons, meninggalkan sisa sisa residu membentuk bentuk bentangalam seperti tiang-tiang (peak landforms) dan klom-klom batuan yang tahan trhadap erosi, sehingga masih menyisakan benuk bentuk seperti diatas, disamping itu juga akan meninggalkan bentuk-bentuk pengendapan (depesitional forms), seperti delta atau tangul.

Relief orde ketiga ini dapat dikelompokkan berdasarkan atas energi yang merusak atau agen
yang bersifat membangun. Ada 4 agent yang utama, yaitu Streams, Glaciers, Waves dan Winds, sedangkan Wheatering adalah pembantu utama bagi keempat agent tersebut.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu :
a. Erosional forms, seperti : gallies, valleys, gorges dan canyons.
b. Residual forms, seperti : peaks, ronadrocks, summits areas.
c. Depositional forms seperti : alluvial forms, flood plains and deltas.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es (gletser) yaitu :
a. Erosional forms, seperti : cirques, glacial trought
b. Residual forms, seperti : patterhorn . peaks, aretes, roche eontounees
c. Depositional forms seperti : deraine, drumlins, kame dan esker.

Bentuk yang dihasilkan oleh energi gelombang laut, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : erode sea caves
b. Residual forms, seperti : staoks & Arches
c. Depositional forms seperti :beaches, bars & spits

Bentuk yang diciptakan oleh energi angin, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : blow holes pada daerah-daerah yang berpasir
b. Residual forms, seperti : pedestal dan mushroom rocks.
c. Depositional forms seperti :endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau loess.

Selain energi yang merusak secara fisik tersebut, organisme juga dapat menjadi agen yang cenderung merusak batuan-batuan di permukaan bumi, sebaliknya aktivitas pengendapan dapat menghasilkan bentuk-bentuk seperti coral-reefs dan hills. Dapat disimpulkan, bahwa waktu terbentuknya ketiga orde relief itu berbeda-beda. Relief bentuk pertama terbentuk lebih dulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua terbentuk lebih dulu dari pada relief orde ketiga.

2 .5  Struktur, Proses dan Stadia

Struktur, proses dan stadia merupakan faktor-faktor penting dalam pembahasan geomorfologi. Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu diantaranya tidak dikemukakan (diabaikan). Pada pembahasan terdahulu, telah dikemukakan ketiga faktor tersebut dikenal sebagai prinsip-prinsip dasar geomorfologi, sedangkan pada bahagian ini akan lebih diperjelas lagi, bagaimana arti dan kedudukan ketiga faktor tersebut dalam studi geomorfologi.

2.5.1  Struktur
Untuk mempelajari bentuk bentangalam suatu daerah, maka hal yang pertama harus diketahui adalah struktur geologi dari daerah tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa struktur geologi adalah faktor penting dalam evolusi bentangalam dan struktur itu tercerminkan pada muka bumi, maka jelas bahwa bentangalam suatu daerah itu dikontrol/dikendalikan oleh struktur geologinya. Selain daripada struktur geologi, adalah sifat-sifat batuan, yaitu antara lain apakah pada batuan terdapat rekahan-rekahan (kekar), ada tidaknya bidang lapisan, patahan, kegemburan, sifat porositas dan permiabilitas batuan satu dengan yang lainnya.

Menurut Thornburry, bahwa pengertian struktur dalam geomorfologi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, sedangkan Lobeck membedakan antara Struktur Geologi dan Struktur Bentangalam.. Beberapa istilah struktur geologi : struktur horisontal, struktur dome, struktur patahan, struktur lipatan, struktur gunungapi; Beberapa istilah struktur bentangalam: dataran atau plateau, bukit kubah, pegunungan patahan, pegunungan lipatan, pegunungan komplek. Karena struktur bentangalam ditentukan oleh struktur geologinya, dimana struktur geologi terjadi oleh gaya endogen, maka struktur bentangalam dapat diartikan sebagai bentuk bentangalam yang terjadi akibat gaya endogen.

2.5.2  Proses
Banyak para ahli, seperti Worcester, Lobeck, dan Dury berbeda dalam menafsirkan tentang pengertian proses geomorfologi, mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan proses disini adalah proses yang berasal dari dalam dan luar bumi (proses endogenik dan proses eksogenik), ada pula yang beranggapan proses disini adalah energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) saja. Adapun pengertian proses disini adalah energi yang bekerja di permukaan bumi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) dan bukan yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen).

Pengertian .Geomorphic Processes. semata-mata dijiwai oleh energi / proses yang berasal dari luar bumi, dengan alasan adalah:

1. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung sebagai faktor yang membangun, seperti pembentukan dataran, plateau, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan gunungapi.
2. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung merubah bentuk atau struktur bentangalam. Gaya merusak inilah yang menyebabkan adanya tahapan stadia atau .stages. pada setiap jenis bentangalam. Stadia atau stage tidak disebabkan oleh gaya endogen seperti diastrophisme atau vulcanisme. Tak dapat disangkal, bahwa memang kedua gaya (endogen dan eksogen), yang disebut juga sebagai proses endogenik dan proses eksogenik mempunyai pengaruh yang dominan dalam pembentukan suatu bentangalam yang spesifik diatas muka bumi ini, oleh karena itu maka sejarah genetika bentangalam dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

1. Bentangalam kontruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gaya endogen (gaya eksogen belum bekerja disini, jadi masih berada pada tingkat initial).
2. Bentangalam destruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk akibat gaya eksogen terhadap bentangalam yang dihasilkan oleh gaya endogen, melalui proses pelapukan, erosi, abrasi, dan sedimentasi.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan prose disini adalah semua gaya yang berdampak terhadap penghancuran (perombakan) bentuk bentangalam yang terjadi akibat gaya endogen sehingga memungkinkan bentangalam mengalami stadia Muda, Dewasa, dan Tua. Proses perombakan bentangalam terjadi melalui sungai (proses fluvial), gletser, gelombang, dan angin. Keempatnya disebut juga sebagai agen yang dinamis (mobile agents/geomorphic agent) karena mereka dapat mengikis dan mengangkut material-material di bumi dan kemudian mengendapkannya pada tempat-tempat tertentu.



2.5.3  Stadia
Stadia/tingkatan bentangalam (jentera geomorfik) dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapan/stadia apa kondisi bentangalam saat ini. Untuk menyatakan tingkatan (jentera geomorfik) digunakan istilah: (1) Muda, (2) Dewasa dan (3) Tua. Tiap-tiap tingkatan dalam geomorfologi itu ditandai oleh sifat-sifat tertentu yang spesifik, bukan ditentukan oleh umur bentangalam.


2.5   Klasifikasi Bentangalam 

Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus.
Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar 1.1). 
Add caption
Gambar 1.1 Satu siklus geomorfologi : Muda, Dewasa, dan Tua

Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan (rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu plateau yang mencapai tingkat dewasa pada siklus yang kedua, maka disebut sebagai .maturely dissected plateau in the second cycle of erosion..

Sesar


         Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.

Gejala sesar
1.Cermin sesar (slickensides) dan Gores garis (striation)
        Slickensides atau cermin sesar adalah gejala yang tampak pada permukaan bidang-bidang yang tergeser. Dapat terbentuk pada bidang sesar atau bidang-bidang kekar yang menyertainya. Struktur tersebut merupakan bidang-bidang halus, dan goresan-goresan (striations) yang seolah-olah dipoles. Seringkali disertai dengan jenjang-jenjang (steps), yang merupakan kekar yang terbentuk akibat gerak relatif dari bidang itu.
 

2. Breksi sesar dan Milonit
        Bidang sesar biasanya trerisi oleh bahan-bahan faregmental yang disebut ”Breksi sesar”. adakalanya bahan ini agak lunak dan hancur yang disebut sebagai ”Gouge”, juga pada batuan metamorf menunjukkan lembar-lembar yang berupa struktur aliran. Pada bagian yang sangat intensif tingkat kehancurannya (deformasi), zona sesar dapat berupa serbuk berbutir halus dan lunak yang disebut ”milonit”.Gejala-gejala ini merupakan bukti-bukti yang dapat dipakai untuk menduga kelurusan dan kemenerusan dari jalur sesar. Arah-arahnya misalnya didapatkan dari orientasi memanjangnya fragmen atau jalur breksiasi, arah bidang-bidang gerusan (shearing) dan milonit dan sebagainya. arah ini akan membantu untuk menentukan bidang sesar.
Ganbar; breksi sesar
Gambar limonit
3. Kekar dan Urat (vein)
          Kekar adalah gejala yang umum terdapat dalam batuan. kekar dapat terbentuk karena tektonik (deformasi) dan dapat terbentuk juga secara non tektonik (pada saat diagenesa, proses pendinginan dsb). Dalam hal ini kita membatasi pada jenis kekar yang terbentuk secara tektonik.kekar merupakan salah satu struktur yang sulit diamati, sebab kekar dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya suatu lipatan,atau terbentuknya semua struktur tersebut. Hal ini yang juga merupakan kesulitan adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum dan sesudahnya.
Secara kejadiannya (genetik) kekar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Kekar gerus (shear fracture) : adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya kecenderungan untuk salin bergeser (sghearing).
b. Kekar tarik (extention fractire) : adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya kecenderungan untuk saling menarik (meregang).
 
4. Struktur seretan (drag)
         Struktur seretan (fault drag atau drag fold) adalah gejala penyerta disekitar bidang sesar yang terbentuk akibat pergerakan sesar. Struktur ini dapat menunjukkan gerak relatif sebenarnya. Struktur ini tampak pada perlapisan atau bidang foliasi.
Ada 2 macam seretan (drag) yang dapat terbentuk yaitu ”seretan normal” (normal fold) dan ”seretan naik” (reverse drag)
5. Gawir sesar

        Merupakan gejala struktur yang terbentuk akibat gejala sesar yang baru, yang biasanya disertai dengan adanya perpindahan secara vertical, adanya jalur yang hancur, pelurusan sungai, dan sebagainya.


6. Scratchs

        Scratchs atau goresan yang terdapat pada bidang sesar,scratchs berasal dari adanya tonjolan batuian pada saat berlangsungnya pergeseran,seperti halnya pada cermin sesar maka arah geseran sesar dapat ditentukan.




7. Spur

         Spur merupakan tumpukan material halus pada bidang sesar,spur berasal dari hancuran batuan yang tersaesarkan.biasanya spur terbentuk karena material hancuran terangkut pada suatu permukaan tidak rata atau gerakan sesar berhenti.arah geaseran dapat ditentukan dengan melihat dibagian mana yang menyebabkan spur tersebut tersangkut,itulah arah geseran dihadapannya.


8.Drag fold

         Gejala pelengkungan ujung lapisan batuan diantara blok yang bergeseran turun atau naik,dapat ditemukan pada sesar turun atau sesar naik.


9.  Trail

         Trail adalah semacam hancuran seperti spur yang ukurannyalebih kasar dan dapat pula menentukan arah geseran sesar seperti pada spur.

10. Repeatedly of rock formation

        Gejala ini adalah kenampakan perulangan lapisan batuan atau formasi batuan secara lateral,terbentuk akibat pergeseran lateral lapisan batuan,yang berkembang pada sesar mendatar.

11. Discontinuity of structures

          Kenampakan suatu lapisan batuan yang menghilang dengan tiba-tiba digantikan dengan lapisan yang lainnya,umumnya dengan jurus dan kemiringan yang berbeda yang tampak secara lateral
.
12. Silisifikasi

            Karena zona sesar merupakan zona yang lemah,maka dapat berfungsi sebagai jalur yang lebih mudah untuk dilewati larutan baik larutan hidrotermal maupun hasil pelarutan kimiawi,dan bahkan dalam dimensi besar zona sesaar dapat dilalui suatu intrusi batuan beku,hingga biasanya pola intrusi dapat mengungkapkan pola struktur geologi suatu daerah.


13. Terpotongnya penampang sungai secara melintang noleh sesar,yang terbentuk pada sesar turun,sehingga sungai akan menampakkan air terjun.

14. Differences in sedimentary fasies

          Dilapangan dapat pula ditemukan perubahan facies akibat engaruh structure,yaitu lapisan tua menindih lapisan muda,dimana faciesnya berbeda,terbentuk karena batuan tua terdorong keatas hingga menumpangi batuan yang muda,hal ini terjadi pada sesar naik
.
15. Triangular Facets

          Kenampakan lereng bukit yang menyerupai jajaran segitiga-segitiga yang memanjang lurus dan biasanya latar depannya berupa topografi relatif datar dengan endapan kipas alluvial,hal ini terjadi sebagai hasil sisa erosi setelah terjadi perubahan slope akibat sesar turun.

16. Fault scarps (gawir sesar)

           Fault scarps atau gawir sesar yaitu suatu gawir memanjang mengikuti zona sesar,dapat ditemukan pada zona sesar turun atau sesar naik,dalam keadaan tertentu scarps dapat ditemukan pada sesar geser bila suatu bukit yang terpotong.dalam peta topografi scarps dapat ditunjukkan oleh adanya kelurusan kontur yang rapat
.
17. Crushed and land slide

            Sesar gerus biasanya dapat menyebabkan mineral feldsfar apabila mendapat suatu kenaikan tekanan yang tinggi,remukan batuan akan lebih banyak terbentuk,menyebar dan mengikuti zona sesar.permukaan lapisan batuan menyebabkan kondisi batuan tidak stabil sehingga dapat menyebabkan longsoran terutama pada zona sesar aktif.

18. Mineralisasi

           Juga seperti halnya silisifikasi,yaitu terbentuknya mineral tertentu seperti mineral logam dasar pada zona-zona sesar tersebut.



19. Offset Ridges

           Offset ridges atau pergeseran punggung bukit akibat pengaruh sesar geser,banyak ditemukan pada kompleks pegunungan yang terpotong oleh sesar mendatar.

20.Mikrofold

          Lipatan kecil yang terdapat pada batuan yang tersesarkan,akibat tekanan yang bekerja pada batuan plastis,hal ini dapat terjadi pada bagian hanging wall sesar naik.

21. Springs (mata air)

           Mata air yang timbul akibat terpotongnya suatu formasi akuifer,dapat menunjukkan suatu indikasi sesar,penjajaran mata air akan lebih dimungkinkan oleh keterdapatan suatu jalur sesar.mata air panas diluar jalur gunung api dapat mengindikasikan sesar aktif,hal ini terbentuk dari akibat gesekan atau tekanan yang membesar pada kedalaman yang mana formasi akuifer terpotong oleh sesar sehingga air panas muncul kepermukaan sebagai indikasi sesar aktif.


22. Offset Stream

            Kenampakan adanya pergeseran aliran sungan akibat sesar mendatar,bentuk sungai membelok dengan tiba-tiba,melalui jalur sesar yang lurus,bentuk ini menampakkan suatu meander yang lekas pada daerah sesar dalam bentuk meanser patah.

23.Kaolinization dan sphjeroidal weathering

          Pada batuan yang banyak mengandung mineral feldsfar apabila mendapat suatu kenaikan tekanan dan temperature,maka akan terjadi ubahan mineral feldsfar dan membentuk kaolin yang biasanya pada permukaan batuan tersebut disertai dengan pelapukan kulit bawang (pengelupasan).

24. Topografi Differences of rocks

         Pada sesar turun dan sesar naik,dapat memberikan suatu kenampakan topografi yang berbeda dimana suatu batuan yang sama ditemukan bersamaan pada topografi yang sangat berbeda.pada kenampakan ini dapat ditemukan gejala sesar lainnya berupa kelainan topografi.

25. Timbulnya suatu terumbu karang disepanjang pantai dengan undak-undak gelombang dapat merupakan indikasi atau gejala pensesaran naik,begitu pula sebaliknya atau berkembang sesar turun yang aktif.
26. Pembentukan danau pada daerah relative tinggi

         Ini dapat terjadi jika suatu aliran sungai terpotong oleh sesar turun dimana bagian yang turun adalah bagian hulu sungai sehingga air sungai selanjutnya akan tertampung membentuk danau-danau.

27. Gejala-gejala gerakan tanah

        Gejala gerakan tanah sepanjang zona sesar seperti creeping,lngsoran dan lain-lain.aktifitas sesar yang bekerja terus menerus menyebabkan terganggunya klestabilan dan resistensi batuan atau topografi,sehingga dapat menimbulkan gerakan tanah atau batuan.


28. Batuan kwarter yang tersesarkan terlebih pada batuan resen yang dapat menunjukkan indikasi sesar aktif,seperti pada sesar yang terjadi pada batukarang kwarter dan dapat pula berupa kekar memanjang pada endapan alluvium.